Mbay_Lensatimur.net – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nagekeo, melalui Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang), menggelar rapat koordinasi lintas sektor dalam rangka percepatan pencegahan dan penanganan stunting terintegrasi di Kabupaten Nagekeo tahun 2021.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di aula serbaguna lantai I Kantor Bupati Nagekeo, Selasa (13/4/). Hadir dalam kegiatan tersebut beberapa utusan dari masing-masing OPD, yakni dari Dinas Kesehatan, Dinas BPMD, Dinas Peternakan, Dinas Pangan, Dukcapil serta para Kepala Puskesmas dan para Camat dari lima kecamatan dan para Tenaga Kesehatan serta sejumlah perangkat desa/kelurahan yang menjadi lokus stunting di Nagekeo tahun 2021.
Plh. Kepala Bapelitbang Nagekeo Kasmirus Dhoy melalui Kepala Sub Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Laurensius Y. Bitua menyampaikan, kegiatan ini menindaklanjuti Keputusan Bupati Nagekeo Nomor 90/KEP/HK/2021 tanggal 21 Januari 2021 tentang Penetapan Desa/Kelurahan Lokus Stunting di Kabupaten Nagekeo Tahun 2021.
Laurensius merincikan ada sebanyak 24 Desa dan Kelurahan yang tersebar di 5 Kecamatan di Kabupaten Nagekeo yang menjadi lokus Stunting, antara lain : Desa Udiworowatu, Desa Odaute, Desa Kotakeo, Desa Keli, Desa Podenura, Desa LodaoloWokowoe, Desa Paumali, Desa Ulupulu 1, Desa Bidoa, Desa Wokodekororo, Desa Kotakeo 1, Desa Kotawuji Timur, Desa Tonggo, Desa Lewangera, Desa Pautola, Desa Wajomara, Desa Ngera, Desa Woedoa, Desa Waekokak, Desa Ulupulu, Desa Kotawuji Barat, Desa Wuliwalo, Desa Ngegedhawe.
“Dalam kegiatan ini, pihak pemerintah Desa dan kelurahan diwajibkan untuk membawa serta rekapan program kegiatan, dari Dana Desa yang mendukung upaya percepatan pencegahan dan penanganan stunting; yang sudah termuat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDES)”, ujar Laurensius.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan dr. Ellya Dewi mengatakan yang menentukan stunting adalah diukur dari tinggi badan dan umur menggunakan aplikasi khusus dari Kementerian Kesehatan.
Ellya Dewi menyampaikan, bayi yang lahir stunting diakibatkan oleh kesehatan ibu hamil bermasalah. Berdasarkan data, sebanyak 37% dari 100 orang ibu hamil mengalami kekurangan kandungan zat besi yang berdampak pada pendarahan ketika melahirkan.
Karena itu, kata dia Intervensi gizi spesifik kepada ibu hamil harus benar-benar diperhatikan seperti asupan protein nabati dan hewani.
Hal senada disampaikan pula Camat Nangaroro, Gaspar Taka yang menyarankan agar pemerintah baik dari tingkat Kabupaten sampai ke tingkat Desa, untuk bisa mendampingi dan memantau Ibu hamil khususnya dari pasangan muda.
“Saran saya kita dampingi keluarga muda mulai dari masa kehamilan bukan nanti bayi lahir baru tarik meter. Di setiap desa harus ada pendamping Ibu hamil. mereka harus diberi insentif. Di Kecamatan Nangaroro kita sudah pastikan bahwa sudah ada tenaga pemantau ibu hamil”, tandasnya.
Selain itu, Gaspar menyarankan agar para Ketua RT di masing-masing desa juga bisa dilibatkan dalam upaya mengatasi stunting.
Gaspar mengatakan, khusus di wilayah Kecamatan Nangaroro, pihak pemerintah kecamatan yang berkerja sama dengan pemerintah desa lokus stunting menggalakkan aksi penanaman 1000 Ha Sorgum guna memerangi stunting.
“Kita di tahun 2021, akan ada aksi tanam 1000 Ha sorgum khusus di 11 desa lokus stunting. Di sini saya yakin angka stunting pasti akan turun. Untuk itu, Saya mendukung penuh program Bupati dan Wakil Bupati Nagekeo”, tuturnya.
Penulis : Bambang N
Editor : Efrid Bata