Ende_lensatimur.net – Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bersama dan dalam spirit peningkatan Ekonomi warga di Desa, sinkronisasi dan harmonisasi kelembagaan yang ada di Desa, khususnya antara Koperasi dan Bumdes menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan.
Bumdes ibarat Perusahaan yang ada di Desa, sedangkan Koperasi Adalah lembaga keuangan yang Ada di Desa. Koperasi dan Bumdes bisa dikawinkan, bisa saling support dan saling menguatkan demi tujuan kesejahteraan bersama.
Demikian hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Univesitas Staywacana, Prof. Dr. Intyas Utami, S.E, M.Si.Ak, CA, CMA, AIA, CFrA dalam acara FGD (Focus Group Discussion) tentang harmonisasi Bumdes dan Koperasi yang berlangsung di Aula Kantor Desa Detusoko Barat, Kecamatan Detusoko; Selasa, 12/10/ 2021.
Hadir dalam kegiatan FGD harmonisasi bumdes dan Koperasi antara lain : team Dari Universitas Kristen Staywacana, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Ende, Kabid Kelembagaan PMD kab. Ende, Utusan Dari TNK Kelimutu, Camat Detusoko, Pengurus Bumdes Au Wula, Pengurus Koperasi Debar, Pokdarwis, BPD, Kepala Dusun dan Warga Masyarakat Desa Detusoko Barat
Professor Intyas yang juga Staf khusus Gubernur NTT menuturkan bahwa saat ini NTT memiliki program Gesit (gerakan 1000 koperasi digital).
Kita ingin menghidupkan kembali koperasi. Untuk tujuan ini, kami berkerjasama dengan dua desa dan Bumdes di Kabupaten Ende yakni Au Wula, Desa Detusoko Barat dan Bumdes Kita, Desa Wologai Tengah Kecamatan Detusoko.
“Bumdes Au Wula dengan digitalisasi sudah berjalan dan ada juga Koperasi. kita mau support untuk kedua lembaga ini, dari sisi pendampingan dan sistem digitalisasi. Koperasi menjadi lembaga keuangan di desa, atau Non-Bank, dan kedunya bisa saling mengisi dan mendukung”,ujarnya.
Lanjutnya, dari sisi permodalan, Bumdes mendapatkan modal dari Pemerintah, sedangkan koperasi modal dari Anggota, hibah dan Pinjaman. Anggota bumdes bisa menjadi Anggota Koperasi.
Harmonisasi antara Bumdes dan Koperasi juga ditanggapi secara positif oleh Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Ende, Sebastianus Bele. Harmonisasi Koperasi dan Bumdes bisa jalan bersama, karena sama – sama memiliki tujuan untuk kesejahteraan. Dua entitas lembaga yang ada di desa harus berjalan beriringan.
“Detusoko Barat sudah memiliki Koperasi Anggur Merah dengan nama KSU Debar dan mendapatkan support Dari Pemerintah untuk Dana Bergulir 250 juta dan Replikasi 250 juta” Paparnya.
Kami berharap Detusoko Barat yang sudah memiliki modal supaya jangan hanya focus pada pengembangan Bumdes, namun juga Koperasi, jadi tinggal bagaimana untuk memperkuat kepengurusan, pendampingan, pengawasan dan pembinaan sehingga bisa dilakukan harmonisasi dan pengembangan ke depannya.
Senada dengan Sebastianus, Kepala Bidang Kelembagaan PMD Kabupaten Ende, Arnoldus Jansen Renggi mengatakan dari 255 Desa; Ada 88 Bumdes yang sudah terbentuk. Tiga puluh satu (31) diantaranya aktif, dua (2) lainnya super aktif yakni di desa Detusoko Barat Bumdes Au Wula dan , Desa Wologai Tengah, Bumdes Kita.
Harmonisasi Bumdes dan Koperasi di dua desa tersebut menjadi contoh. “Desa Detusoko Barat dan Desa Wologai Tengah harus menjadi pilot project khususnya terkait bumdes dan koperasi sehingga pertumbuhan ekonomi di Desa bisa terlihat”, tandasnya.
Sementara itu, Camat Detusoko, Dus Santiasa, meresponnya secara positif terkait dengan kegiatan Focus group discussion (FGD) ini.
Spirit yang terbentuk hari ini, harus dibuka agar bergerak satu langkah lebih maju. Produk unggulan kita dibangun dan hal ini perlu komitment bersama. Semua harus bergerak bersama, harus bisa lebih.
“Detusoko Barat harus menjadi spirit untuk 19 desa lainnya di Kecamatan ini”, imbuhnya.
Kades Detusoko Barat, Nando Watu di moment FGD menyampaikan rasa syukur karena di desanya sudah ada dua lembaga yang senantiasa berjalan seiring dan sejalan yakni bumdes dan juga Koperasi.
” Harmonisasi koperasi dan bumdes menjadi peluang emas untuk bekerjasama dan saling menguatkan”, ucapnya.
Kami memberikan apresiasi untuk kehadiran Universitas Kristen Satyawacana di Desa Detusoko Barat. Ini adalah bagian dan tanggungjawab akademisi untuk mendukung pemberdayaan ekonomi di Desa .
Dia menambahkan, ini merupakan program kolaborasi antara Universitas dan Desa karena disupport oleh kemenristek dikti.
Kami memiliki bumdes dengan dua unit usaha serta koperasi KSU Debar. Ke depannya, kami akan restrukturisasi kepengurusan, dengan menghidupkan kembali lembaga perbankan yang ada di desa, agar bisa berkolaborasi untuk saling support usaha.
“Anggota koperasi bisa Pinjam untuk mendukung usahanya yang nanti dijual ke bumdes, dan anggota bumdes bisa berinvestasi di koperasi”, tutupnya.
Penulis : Efrid Bata
Editor : Elthon Rete.