Borong_Lensatimur.net – Pemangku Adat (Tu’a Golo) di Wilayah Adat Lebi, Desa Balus Permai – Kecamatan Borong – Manggarai Timur melakukan ritual adat “Hang Woja” Kamis, 15/10/2020.
Dalam Upacara “Hang Woja”, Tu’a Golo Lebi melibatkan dua lembaga pendidikan SMP yang ada di wilayah adat tersebut untuk berperan aktif dalam membangun nilai-nilai budaya serta peradaban dalam konteks mileneal dalam acara seni budaya yakni tarian caci.
Tu’a Golo Lebi, Thomas Pohar mengatakan bahwa Ritual Adat “Hang Woja” bagi masyarakat adat setempat memiliki makna yang sangat fundamental yakni sebagai upacara untuk meminta restu kepada roh nenek moyang atau para leluhur agar dilimpahkan segala berkat dan rezeki; terutama agar hasil panen mereka di bidang pertanian melimpah dan membuat hidup mereka menjadi semakin sejahtera.
Kegiatan Hang Woja biasanya diadakan setelah musim tanam. ini mau memberikan makna bahwa apa yang sudah ditanam oleh masyarakat adat setempat dapat memberikan hasil yang banyak dan melimpah.
Lebih dari pada itu hal ikhwal yang mau diwariskan bagi generasi milenial saat ini adalah bagaimana menginternalisasikannilai – nilai budaya dalam kehidupan era milenial dan dapat dijaga serta dilestarikan sebagai sebuah warisan sejarah, ungkap Thomas.
Wilayah adat Golo Lebi memiliki 17 Panga (suku). Setiap Panga (suku) ini biasanya melakukan musyawarah dulu sebelum membuat ritual adat. Hal ini mau menggambarkan bahwa dalam konteks budaya dan adat istiadat, peran masing-masing suku itu sangat besar dalam menjamin kelancaran kegiatan atau prosesi adat berlangsung.
Dalam penjelasannya Tu’a Golo Thomas Pohar menerangkan bahwa ke 17 panga sudah menyepakati Keterlibatan dua Lembaga pendidikan Sekolah Menengah Pertama yakni SMPN 10 Borong dan SMP Satap Perang dalam acara ritual Hang woja ini. Peran mereka dalam kegiatan ini yakni melakuan tarian caci.
Dalam Kebiasaan ritual adat Hang Woja selama ini, yang selalu berperan aktif hanyalah orang – orang dewasa saja. Namun kali ini agak sedikit berbeda karena melibatkan anak-anak remaja yang masih belia dan usia sekolah. Hal ini yang membuat acara tersebut menjadi semakin unik dan disukai berbagai kalangan baik tua maupun muda.
Ritual adat Hang Woja di Golo Lebi menjadi semakin ramai karena diadakan tarian caci. Tarian caci ini menjadi berbeda karena pemain caci-nya bukan kalangan orang dewasa tapi remaja sekolah SMP dari dua lembaga SMP yang berbeda yakni SMPN 10 Borong dan SMP Satap Perang.
SMPN 10 Borong dalam kegiatan caci tersebut bertindak sebagai Weki Tiba (Tuan Rumah) sedangkan SMP satap Perang Wunis bertindak sebagai Meka Landang (tamu).
Tu’a Golo Thomas Pohar saat diwawancara media ini menerangkan bahwa tujuan dari keterlibatan anak-anak SMP dalam acara tarian caci ini yakni agar mereka tetap cinta dengan budaya Manggarai yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi serta mampu menjaga dan melestarikan tarian caci ini sampai kapanpun.
Thomas Pohar menambahkan bahwa acara tarian caci ini berlangsung selama tiga hari, dimulai dari hari Kamis, 15/10/2020 dan berakhir pada hari Sabtu, 17/10/2020.
Dua Pimpinan lembaga Sekolah yakni Bapak Benediktus Dona dari SMPN 10 Borong serta Bapak Alfons Gabus dari SMP Satap Perang memberikan komentar yang sama terkait keterlibatan anak didiknya dalam acara ritual adat hang woja. Bagi mereka berdua, anak-anak sekolah harus mengerti dan paham budaya. Untuk itu keterlibatan langsung seperti ini menjadi media pembelajaran yang nyata tentang budaya dan seni budaya.
Hal ini menjadi penting dan efektif karena anak-anak didik di jenjang SMP perlu mengetahui serta memahami makna dari budaya manggarai. Dengan demikian Kami sebagai pendidik dan pengajar tentunya akan menerapkan pendidikan yang berbasis budaya. Hal ini menjadi salah satu bahan pembelajaran bagi anak didik kami di sekolah untuk mengerti tentang budaya dan sejarah budaya Manggarai sehingga bisa menjadi ilmu pengetahuan yang terus hidup dalam diri anak.
Ketua panitia pelaksana acara ritual adat Hang Woja Alberth Jehaman, yang juga adalah Putra sulung dari Tu’a Golo Lebi saat ditemui Media ini di lokasi kegiatan menjelaskan, bahwa kegiatan ini selalu mematuhi protokoler kesehatan dan protap yang sudah ditetapkan Pemerintah. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan memutuskan mata rantai penyebaran Covid 19. Kami panitia selalu mewajibkanSetiap orang yang datang untuk mengenakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun. Pantauan Media di lokasi kegiatan, pihak panitia sudah menyiapkan ember berisi air dan sabun di pintu masuk lokasi kegiatan.
Panitia juga mengharapkan agar masyarakat yang datang supaya selalu mentaati apa yang menjadi arahan panitia, imbuhnya. (LT/ Ephoz).