Ende_lensatimur.net – Yayasan Tananua Flores (YTNF) menggelar kegiatan semesteran bersama petani dampingannya yang berasal dari 23 Desa dan 8 Kecamatan yang ada di Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan Semesteran ini berlangsung di Kampung Wolojita Dusun Tikasoko 1 Desa Kebirangga Selatan Kecamatan Maukaro selama empat hari, yakni Rabu, 22 Juni 2022 hingga Sabtu, 25 Juni 2022.
Hadir dalam kegiatan semesteran ini Ketua Yayasan Tananua Flores, Camat Maukaro, Kapolsek Maukaro, Kepala Desa Kebirangga Selatan, BPD Kebirangga Selatan, para Kepala Desa dari Desa dampingan YTNF, 23 Kelompok Tani dampingan YTNF dan masyarakat Desa Kebirangga Selatan.
Fokus Pembahasan Kelompok Tani dampingan Yayasan Tananua Flores di Wolojita Kebirangga Selatan ialah bagaimana Penguatan Swasembada pangan lokal yang sesuai dengan karakteristik kewilayahan masing-masing.
Ketua Panitia Kegiatan semesteran petani dampingan YTNF Desa Kebirangga Selatan, Vinsensius Gori dalam laporannya menjelaskan bahwa peran lembaga swasta seperti Yayasan Tananua Flores pada pendampingan masyarakat kelompok Tani di Desa merupakan sebuah langkah untuk mendukung kemajuan sebuah penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
“Peran swasta yakni Yayasan Tananua Flores sangat menentukan kemajuan masyarakat Desa terutama kelompok tani melalui pendampingan dan bimbingan yang dilakukan secara terus menerus,” tuturnya.
Pertemuan semesteran antara Yayasan Tananua Flores dan kelompok Tani dampingan sesungguhnya merupakan sebuah ruang untuk saling belajar, berbagi pengalaman, dan mengevaluasi kerja-kerja kelompok tani agar terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu sehingga bisa menjadi petani yang mandiri dan sejahtera.
Tema yang dijadikan sebagai acuan dalam kegiatan Semesteran petani dampingan YTNF yaitu : ‘Poto Mboo Kewi Ae, Tau Tendo Tembu Kema Ghena, Peni Nge Wesi Nuwa’ atau terjemahan dalam bahasa Indonesianya adalah : ‘Kerja tuntas, hasil panen berlimpah, ternak berkembang biak tanpa kenal musim dan Petani Sukses’.
“Tujuan dari Kegiatan semesteran ini ialah meningkatkan solidaritas dan gotong royong antar petani serta mewujudkan kesadaran para petani akan pentingnya hidup berkelompok sehingga mampu meningkatkan keterampilan petani dari pengalaman dan sharing bersama,” ujarnya.

Ketua Yayasan Tananua Flores, Hironimus Pala menggaris bawahi dimensi utama yang menjadi spirit kegiatan semesteran petani dampingan YTNF ialah sebagai bentuk motivasi bagi para petani untuk belajar bersama, bercerita dan berbagi pengalaman sehingga mampu menemukan potensi dan peluang agar bisa menjadi petani sukses.
Melalui kegiatan semesteran ini, hal positif yang bisa diperoleh yaitu para petani dampingan YTNF bisa belajar bagaimana ‘public speaking’ atau berkomunikasi secara baik dan benar dalam menyampaikan berbagai hal yang belum, sudah, dan akan dilakukan oleh petani di kelompoknya masing-masing.
“Para petani diberi kesempatan untuk berani menyampaikan secara kritis berbagai hal yang sudah dibuat dikelompoknya sehingga bisa menjadi bahan pembelajaran bagi petani di desa – desa lain,” ucapnya.
Ada dua kata kunci yang harus diingat selalu yaitu: harus perkuat ‘Pangan Lokal’ atau Pangan Nusantara sesuai karakteristik wilayah masing-masing.
“Lestarikan alam ini dengan konservasi melalui kegiatan terasering atau kebe kolo dan tinggalkan mental manja yang hanya mengharapkan beras raskin, tetapi tetap galakkan swasembada pangan,” tegasnya.
Dalam kegiatan semesteran berikutnya nanti, kita akan akan melibatkan juga teman – teman kelompok nelayan dampingan YTNF yang bergerak di bidang kelautan dan perikanan sehingga tidak lagi hanya 23 desa tetapi sudah bertambah menjadi 38 desa.
“Untuk itu kita yang berada di pegunungan untuk tidak lagi membuang sampah plastik sembarangan sehingga laut dan hasil laut kita tetap terjaga dan terlestari secara baik. Ini adalah bentuk dukungan kita terhadap ekosistem laut sebagai tempat mencari hidup bagi teman – teman nelayan,” tandasnya.
Hironimus Pala dalam kesempatan yang sama menyampaikan sebuah berita gembira bahwa Yayasan Tananua Flores saat ini sedang mempersiapkan data – data untuk pengembangan program baru yaitu Program Kebencanaan dan Perubahan iklim.
Sementara itu Camat Maukaro, Ignas Kapo menegaskan bahwa dalam refleksi 50 tahun Ziarah pangan di NTT, hal yang menjadi penekanannya ialah pengentasan kemiskinan.
“Saat ini Kemiskinan sudah dijual sebagai isu atau komoditas politik, sehingga hanya menguntungkan pihak-Pihak tertentu saja,” ucapnya.

Sebagai Camat Maukaro saya mendorong para anggota kelompok tani untuk terus melakukan swasembada pangan dengan melestarikan pangan – pangan lokal kita sendiri seperti, jewawut dan sorgum yang mempunyai manfaat luar biasa yaitu bisa menyembuhkan penyakit kanker.
Sungguh amat disesalkan ketika masyarakat saat ini sudah banyak terpola dengan konsumsi yang sifatnya instan dan telah meninggalkan sumber – sumber pangan lokal yang merupakan kekayaan yang telah diwariskan oleh leluhur kita sejak dahulu kala.
“Masyarakat kita saat ini lebih senang menerima raskin (beras miskin) yang nota bene kualitasnya tidak sama dengan beras lokal yang kita miliki. Tidaklah heran jikalau saat ini generasi kita lebih banyak yang stunting dan gizi buruk, karena pangan lokal kita yang berkualitas sudah ditinggalkan,” Imbuhnya.
Penulis : Efrid Bata
Editor : Elthon Rete