Matim_lensatimur.net – Hidup manusia selalu berada pada kenyataan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini adalah anugerah dan berkat dari Tuhan Sang Pencipta.
Hal inilah yang dirasakan oleh sanak saudara kita yang menjadi penyandang disabilitas atau yang orang berkebutuhan khusus. Walaupun mereka dilahirkan cacat secara fisik, tetapi pada dasarnya mereka selalu mensyukuri apa yang sudah terjadi dalam kehidupannya.
Mereka bertiga bisa berbicara normal, namun kaki dan tangan mereka yang mengalami kecacatan, sehingga mereka sangat membutuhkan pakaian dan sembako.
Untuk itu, sebagai orang yang mengalami keterbatasan dan kekurangan, sudah tentu mereka pasti membutuhkan bantuan dan uluran tangan dari orang lain. Adapun hal – hal yang menjadi fokus keprihatinan yang dimiliki oleh kaum disabilitas adalah pada aspek sosial, agama, pendidikan, dan lain sebagainya.
Dusun Lando, Desa Paan Waru, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur menjadi saksi sejarah ketiga orang disabilitas menjalani hidup dengan segala keterbatasan dan kekurangan; Rabu, 18/08/2021
Tiga orang penyandang disabilitas itu adalah Antonius Mandur, Tadeus Maki dan Susana Kila.
Antonius Mandur lahir di Lando, 09 November 1975. Ketika lahir Anton sudah mengalami cacat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dirinya terpaksa harus bekerja keras seperti manusia normal lainnya. Pekerjaan yang bisa dia lakukan adalah menjadi petani.
Penyandang disabilitas kedua adalah Tadeus Maki. Pria kelahiran Lando, 11 November 1978 ini, memiliki nasib yang tidak jauh berbeda dengan kakaknya Antonius Mandur yang juga adalah seorang disabilitas.
Kedua saudara yang mengalami nasib sebagai penyandang disabilitas, harus menggantungkan hidup mereka pada saudara Geradus Dandung yang telah berbaik hati memberikan tempat bagi mereka untuk tinggal bersamanya.
Dalam menjalani hari – hari hidupnya, kedua saudara yang berkebutuhan khusus ini selalu rajin membantu keluarga Geradus Dandung di kebun untuk mendapatkan sesuap nasi.
Penyandang disabilitas ketiga adalah Susana Kila. Wanita kelahiran, 10 Agustus 1998, adalah buah cinta dari pasangan suami istri Stanis Mbaling dan Agata Gawas.
Susan sendiri adalah anak ketiga dari enam bersaudara. Ia mengalami cacat sejak lahir. Hingga saat ini dirinya masih tinggal bersama kedua orang tuanya.
Ayah Susan adalah seorang petani. Untuk mencari penghasilan tambahan, ayahnya harus menjual ikan dari kampung ke kampung. Hal itu dilakoni orang tua Susan guna menafkahi seluruh anggota keluarganya.
Melihat beban hidup yang dirasakan oleh ketiga penyandang disabilitas tersebut, maka bantuan dan pertolongan dari berbagai pihak sangat mereka butuhkan. Dari informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa ketiga penyandang disabilitas ini belum pernah mendapatkan bantuan dari pihak manapun.
Antonius Mandur mengatakan, Dirinya sangat merindukan bantuan dari pemerintah atau dari pihak manapun, karena sejauh ini mereka belum sama sekali merasakan bantuan dari Pemerintah.
Anton berharap ada instansi yang ingin memberikan mereka bantuan seperti Pakaian, sembako dan lainnya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
“Saya sudah tua, fisik saya sudah tidak mampu bekerja berat, saya hanya bisa mendoakan semoga ada yang bisa memperhatikan kami”, tutur Anton.
Sementara itu penyandang disabilitas lainnya, Dius mengatakan bahwa dirinya sangat bersyukur dengan keadaan dan kondisi fisik yang dia miliki saat ini.
“Cacat itu bukanlah sesuatu yang membuat saya harus putus harapan. cacat itu adalah suatu keistimewaan yang diberikan Allah kepada kami”, ujarnya.
Susana Kila mengaku, selama ini dirinya belum pernah mendapatkan bantuan langsung dari pemerintah. Ia hanya bertahan hidup karena kerja keras dari kedua orang tuanya.
“Saya tidak pernah mendapatkan bantuan apapun, saya bisa hidup sampai saat ini karena perjuangan dari kedua orang tua saya yang tidak pernah menyerah”, tutupnya.
Penulis : Quin Reman
Editor : Efrid Bata