Borong_lensatimur.net – Puluhan pedagang pasar mendatangi Kantor DPRD Manggarai Timur, menggelar aksi demo menuntut keadilan pemerintah yang telah merelokasi mereka ke tempat yang disiapkan, namun tidak memberikan rasa aman dan membuat usaha bisnis mereka menjadi rugi; Jumat, 30/4/2021.
Para pendemo yang menuntut hak tersebut, sebagian besarnya adalah kaum perempuan. Mereka tiba di kantor DPRD Matim sekitar pukul 15.00 wita, dan langsung diterima oleh Ketua DPRD Matim, Yeremias Dupa bersama anggota DPRD lainnya.
“Saya menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada bapak ibu sekalian peserta aksi yang sudah mau datang ke Kantor DPRD Matim guna menyampaikan aspirasinya. Kami berharap agar kegiatan aksi ini berjalan aman, damai dan tertib, sehingga tidak menimbulkan hal – hal yang tidak diinginkan”, ujar Ketua DPRD Matim, Yeremias Dupa.
Massa pendemo yang tergabung dalam solidaritas pedagang Borong kemudian langsung diajak oleh Ketua DPRD dan Komisi B DPRD Matim untuk menggelar audiensi guna mendengarkan berbagai keluhan, harapan serta permintaan para pedagang yang belum terwujud.
Apapun beberapa tuntutan yang menjadi Poin penting penekanan para masa aksi antara lain : 1). Meminta Pemda Matim untuk membuat lapak dengan pola ruangan yang terbuka sehingga tidak panas, 2). Menuntut agar lapak jual yang dibangun oleh pemda Matim harus direnovasi karena terlalu tinggi, 3). Ruangannya panas sehingga mengakibatkan barang dagangan seperti jenis sayuran mudah layu, dan membuat pembeli enggan untuk membeli, 4). Meminta pemda untuk bertindak tegas terhadap pedagang yang belum mengikuti instruksi dari Dinas Perindakop Matim.
Menanggapi tuntutan masa aksi, Ketua DPRD Matim berjanji bahwa pada hari Senin, 03/05/2021, kami bersama Pemerintah akan turun langsung ke lokasi untuk melihat secara langsung kondisi yang disampaikan oleh bapak ibu sekalian.
“Semua aspirasi bapak – Ibu sekalian sudah kami dengar dan catat dengan baik, tentunya setelah ini pihak DPRD akan berkoordinasi dengan Pemda Matim untuk mengambil langkah-langkah yang baik demi kebaikan kita semua” tutur Yeremias.
Sementara itu, salah seorang pedagang di pasar Ranaloba, Silvester mengatakan bahwa sebelumya Pemda Matim melalui Dinas Perindakop telah mengeluarkan surat edaran terkait relokasi pedagang agar berjualan di dalam gedung pasar yang telah disediakan oleh Pemda. Namun sampai saat ini, ada beberapa pedagang yang belum mengikuti instruksi tersebut dengan alasan pembeli enggan menuju lokasi yang ditentukan oleh Pemda karena jauh dan panas.
“Dengan demikian, kami kembali berjualan di sini pak, karena selain faktor lokasinya jauh, ruangan gedung pasar pun sangat panas sehingga sayur mudah layu”, pungkasnya.
Kondisi pasar yang menjadi tempat relokasi menjadi sangat tidak nyaman bagi kami pedagang, di mana lapak jualan terlalu tinggi. Pintu juga hanya dua yakni pintu masuk dan keluar. Hal inilah yang membuat kondisi di bangunan pasar sangat panas. Berhubung jarak pasar yang jauh serta kondisi pasar yang panas membuat para pembeli enggan datang belanja di situ.
“Semenjak berdagang di sana omset penjualan kami sangat turun bahkan mengalami kerugian. Dengan kondisi tersebut, maka terpaksa kami harus kembali berdagang di sini. Kami pedagang tidak mau usaha kami bangkrut dan rugi Pak. Kami berjualan untuk nafkahi hidup, tetapi kalau usaha kami bangkrut kami mau makan apa pak”, imbuh Silvester.
Penulis : Rellys Saron
Editor : Efrid Bata