Ende_lensatimur.net – Mencermati realitas kepemimpinan di Daerah Kabupaten Ende, dari periode ke – periode kian meredupkan ‘aura kota ende’, sebagai seminari moral kebangsaan, yang selama ini, diamalkan oleh ‘ata ende’ sebagai kota rahimnya pancasila yang menjadi dasar biblis kepemimpinan. Untuk itu Pilkada adalah momentum untuk melahirkan pemimpin yang berintegritas, maka hak rakyat jangan sampai dipasung.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Pemuda Pancasila, Rian Laka saat diwawancara via telpon, Jumad 19 April 2024.
Dijelaskannya, Kabupaten Ende sedang dalam krisis kepemimpinan yang maha dahsyat. Tentu ‘wajib bahkan harus’ – nya, setiap individu yang bermimpi ingin mendaftarkan diri sebagai calon pemimpin, harus mampu ‘mengembalikan’ aura kebangsaan yang redup.
Menurutnya calon pemimpin harus memiliki kemampuan interior dan tidak hanya sekedar bisa memimpin tetapi mampu menterjemahkan intisari dari nilai – nilai kebangsaan yang lahir di kota Ende sebagai embrionya Pancasila.
Karena itu, kata mantan Aktivis PMKRI Ende menyayangkan jika setiap calon peminpin tidak mampu menterjemah nilai – nilai kebangsaan itu maka sebaiknya, mundur dari awal sebelum kita dipaksakan untuk memilih para calon pemimpin yang berwatak setan dan iblis.
“Hanya calon pemimpin yang berwatak setan dan iblis yang berpotensi menyalahguna – kan kekuasaan untuk kepentingan diri dan family. sebaiknya mundur ketimbang bikin malu – malu anak, istri serta keluarga sendiri”, kata Rian Laka
Ia mencontohkan, penyalahgunaan kekuasaan seringkali terungkap pada penempatan pegawai negeri sipil (ASN) yang tidak berdasarkan pada studi kelayakan dan kompetensi yang ada.
Tidak hanya menempatkan para kadis dan kabid sesuai kelayakannya tetapi hingga jajaran staf yang semestinya ditempatkan berdasarkan kompetensi yang diemban dan digeluti.
Belum lagi, mengenai kehadiran pengusaha yang berkepentingan dalam urusan proyek, prosesnya harus berdasarkan mekanisme dan regulasi yang berlaku. Sehingga tidak ada yang merasa jadi anak kandung dan anak tiri dalam urusan proyek pembangunan.
Sehingga dalam proses tender berjalan tidak mengikuti nafsu muslihat seorang pemimpin tetapi benar – benar berdasarkan pada proses dan mekanisme pelelangan yang berlaku. Agar kedepan, tidak ada lagi istilah jatah Bupati atau jatah Wakil Bupati.
*Lawan Maut Jelang Pilkada 2024*
Menjelang Pilkada 2024, Rian Laka berharap kepada seluruh masyarakat Kabupaten Ende, ‘dari kota hingga ke pelosok desa’, agar tidak tertipu atau terkecoh dengan calon pemimpin yang berwatak setan dan iblis.
Karena watak tersebut, lanjut Rian Laka, akan ber- potensi melakukan tindakan tidak terpuji dan senonoh terhadap kekuasaan, salah satu -nya adalah berjiwa rakus terhadap uang, kuasa, bahkan perempuan.
“Kita menyayangkan bila tiap Calon pemimpin Ende untuk lima tahun kedepan tidak menjiwai Pancasila sebagai dasar biblis kepemimpinan, sudah pasti pembangunan akan ikut alur nafas nafsu pemimpin. Nah jika ini yang terjadi maka Aura Kabupaten Ende yang diakui sebagai satu-satunya kota seminari kebangsaan akan redup selama – lamanya”, – ucapnya
Politisi Golkar mengatakan mengapa calon pemimpin yang berwatak setan dan iblis harus disingkirkan dari kepercayaan masyarakat saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada 2024 berlangsung, karena pilihan saat pemilu akan menentukan perubahan di 5 tahun mendatang.
Maka jangan cepat tertipu dan terkecoh oleh calon pemimpin yang berwatak setan dan iblis, lanjut Rian Laka, karena akan ada istilah jatah – jatah atau ve – ve proyek yang akan masuk saku Bupati dan Wakil Bupati Ende.
Hal itu, menurutnya akan berdampak buruk pada menurunnya kualitas pembangunan baik fisik maupun nonfisik. Tidak hanya mengenai hal itu saja, namun akan berpotensi melahirkan Bupati dan Wakil Bupati Kecil yang mengklaim sebagai familly dan orang dekat dua sesepuh.
*Watak Pemimpin Suka Ngemil*
Sementara menyoal pada watak kepemimpiman yang suka ngemil perempuan, ‘rata – rata’, pemimpin cenderung masa bodoh terhadap ‘kekuasaan publik’, dengan bertindak mencela moralnya sendiri sehingga tak heran nama seorang pemimpin menjadi murah di mata dan mulut publik.
Bukan lagi menjadi rahasia, dia menjelaskan kebanyakan pejabat publik di Indonesia jatuh dipangkuan perempuan hanya karena pegang kuasa dan berduit tanpa mempertimbangkan resiko yang lebih besar selama memimpin.
“Jika demikian, itu artinya kepercayaan rakyat kita menyerahkan pada setan dan iblis menjadi pemimpin, seperti menyuap seekor anak ayam ke – dalam mulut buaya. Maukah demikian”, ujar Alumni PMKRI Ende
Ia berharap, masyarakat harus cerdas dalam menentukan pilihan, karena sumbangsi suara kita akan menentukan perubahan di lima tahun akan datang. Maka singkirkan calon pemimpin yang berwatak setan dan iblis.
Disamping itu, Rian Laka mengapresiasi aksi ‘kepemimpinan’, dari Penjabat Bupati Ende, dr. Agustinus G. Ngasu yang secara superior dan sistematis telah dipercayakan untuk membenah jalannya roda birokrasi yang sempat amburadul.
“Saya berharap kepada Penjabat Bupati Ende untuk tetap menjaga dan merawat kompetensi yang ada, sehingga dari kapasitas yang dimiliki beliau mampu menahkodai Ende lebih baik lagi dari kepemimpinan sebelumnya”, – ujar politisi muda Golkar.***
Editor. : Efrid Bata