REFLEKSI
(Oleh : Efrid Bata)
Ende_lensatimur.net – Badai Bencana Virus Covid 19 di Ende, bagaikan goncangan dentuman petir yang sulit dihentikan dan terus saja memburu dan mendera siapa saja yang ada di bawah kolong langit bumi kelimutu. Sebuah Keniscayaan menjadi harapan, apakah badai ini akan segera berlalu. Sebuah tanya yang terhenti, karena deretan kematian akibat Covid 19 dalam bulan dan tahun yang sama menjadi jawaban yang sungguh menyakitkan.
Covid 19 mejadi momok ketakutan bagi semua orang di berbagai kota dan belahan dunia yang sedang berada di situasi pandemi, tidak terkecuali kota kecil Ende yang adalah rahim Pancasila. Ada begitu banyak orang yang terpapar reaktif Covid 19 hingga mencapai angka 47 dan 6 Orang lainnya harus meninggal dunia karena kejamnya serangan Covid yang membabi buta.
Bukan waktunya untuk saling mempersalahkan dan melemparkan tanggungjawab ini kepada orang lain. Situasi dan keadaan menjadi jawaban untuk setiap pribadi bertindak dan menentukan sikap serta keputusan, apakah kita harus lengah dan terbuai dengan hal sederhana yang sebenarnya gampang dan mudah kita lakukan; mulai dari bagaimana kita memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas untuk berinteraksi. Masih sulitkah ini kita lakukan dan pahami?, sehingga apakah kita harus menunggu bukti dengan adanya banyak korban yang berjatuhan baru kita percaya?
Ini bukan soal logika atau bagaimana rasio kita untuk memahaminya secara imperis apa dan bagaimana Covid 19 itu? , yang pasti dan harus kita sadari adalah bagaimana kita bisa ciptakan kesadaran dan pemahaman bahwa mencegah itu jauh lebih baik, dari pada mengobati.
Menyimak perjalanan Covid setahun Silam, ada banyak hal yang terus menggelitik perasaan hati ini, di manakah dunia yang damai seperti dulu dengan sejuta kebahagiaan yang senantiasa mewarnai setiap hari – hari kehidupan ini. Setahun sudah virus Covid 19 melanda dunia, dia telah merenggut kebahagiaan setiap Manusia bahkan memisahkan kasih sayang serta cinta yang sudah lama terpatri; dengan rasa takut yang mendera bahkan menjauhkan orang yang kita cintai.
Ini bukan cita – cita ataupun mimpi dari setiap orang. Ini adalah situasi dunia yang kelam, karena virus corona seperti hantu yang bergentayangan bagaikan malaikat maut yang ingin mencabut nyawa. Kita harus bangkit bersatu melawan virus corona yang abstrak dan tidak kelihatan ini, dengan bahu membahu membangkitkan kesadaran dan semangat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dan terus menjadi duta keselamatan dengan tetap memberikan advokasi kepada siapapun yang kita jumpai, agar kita bisa melawan virus corona dengan memulainya dari diri kita sendiri, lingkungan kita, hingga cakupan yang lebih besar yakni masyarakat kita.
Corona Virus bukan musuh yang harus ditakuti, tetapi dia hanyalah bayang – bayang ketakutan yang harus dilawan dengan “keyakinan” bahwa virus corona akan berlalu bila kita bersatu, dengan satu komitmen kita harus menyingkirkannya dengan vaksinasi yang bisa menyelamatkan generasi.
Mari menjaga diri dengan perlu berhati-hati, yakinkan diri bahwa virus Covid ini akan usai, kalau kita berani percaya diri. Intinya kesadaran diri, yang mampu selamatkan diri dari badai Covid yang semakin menderai kehidupan ini. Salam Sehat….