Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk. M.pdKepala SMPK Frateran Ndao
Ende_lensatimur.net – Di tengah wabah pandemic covid 19 yang semakin tak terkendali, oleh rendahnya tingkat kesadaran dan kedisiplinan masyarakat terhadap prokes, maka berdampak pada terganggunnya proses pendidikkan, di setiap satuan pendidikkan. Namun demikian, bagi SMPK Frateran Ndao, situasi ini tidak membuat surut semangat pengabdian para pendidik dan tenaga kependidikkan, melainkan tetap berantusias melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka, walau secara virtual, melalui aplikasi Zoom dan Google Class Room (GCR).
Apalagi memasuki semester genap, yang merupakan semester yang menentukan peserta didik kelas 7 & 8 naik kelas atau tidak dan untuk peserta didik kelas 9, lulus atau tidak. Namun, kegiatan tatap muka virtual ini, sedikit terkendala lantaran sinyal atau jaringan internet lemot, khususnya untuk peserta didik. Dan situasi seperti ini, banyak kali dimanfaatkan oleh sebagian kecil peserta didik untuk tidak bergabung atau join via Zoom, yang merupakan media tatap muka virtual dengan berbagai alasan. Namun, kami selaku kepala sekolah dan para pendidik SMPK Frateran Ndao, tidak kehabisan cara, agar sedapat mungkin semua peserta didik dapat mengikuti tatap muka virtual melalui aplikasi Zoom, walau dalam keterbatasan.
Namun, semangat para guru SMPK Frateran Ndao, dalam membelajarkan peserta didik SMPK Frateran Ndao, patut diacungi jempol. Demikian juga dengan sebagian besar peserta didik, yang memiliki motivasi yang tinggi untuk BELAJAR. Apalagi didukung sepenuhnya oleh orang tua/wali peserta didik dalam kegiatan tatap muka virtual ini.
Terhadap sebagian kecil peserta didik yang tidak bisa bergabung selama sebulan ini, ada beberapa cara yang kami tempuh adalah: Pertama: mengirim surat pemberitahuan kepada setiap orang tua/wali peserta didik, melalui WA group kelas masing-masing, yang isinya menghimbau, agar setiap orang tua/wali peserta didik terus mengingatkan, memantau, memonitor sekaligus mendampingi putra/i nya saat tatap muka virtual. Kedua: setiap pendidik melakukan presensi terhadap peserta didik setiap hari dan melaporkan ke wali kelas untuk direkap, dan selanjutnya dilaporkan kepada kepala satuan pendidikkan. Ketiga: jika ada peserta didik tidak ikut tatap muka virtual lebih dari 3x, maka wali kelas dan atau guru bimbingan konseling melakukan home visit, dengan tetap menerapkan prokes. Dan dengan kunjungan rumah atau home visit tersebut, barulah diketahui alasan peserta didik tidak mengikuti tatap muka virtual tersebut.
Kegiatan home visit ini terasa sangat efektif, sebab bisa bertemu langsung dengan orang tua/wali peserta didik dan juga peserta didik sendiri, serta bisa mengetahui kendala yang di alami oleh peserta didik dan orang tua/wali, sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan tatap muka virtual. Dan dari kunjungan itu pula, pihak orang tua langsung dicarikan solusi yang terbaik bagi putra/i nya. Itu artinya, semua orang tua/wali ingin putra/i nya tetap BELAJAR, apapun situasinya, seperti yang terjadi saat ini. Dan upaya yang dilakukan oleh SMPK Frateran Ndao ini, merupakan bentuk TANGGUNGJAWAB MORAL terhadap KEPERCAYAAN yang diberikan orang tua, yang menyerahkan putra/i nya ke lembaga pendidikan SMPK Frateran Ndao.
Para orang tua/wali percaya SMPK Frateran Ndao, maka kami MENDIDIK dan MENGAJAR dengan HATI, sebab kami menghayati SPIRITUALITAS HATI, spiritualitas para frater BHK (Bunda Hati Kudus). Hal ini juga dimotivasi oleh motto SMPK Frateran Ndao, yakni “KORBAN JIWAKU, PRESTASI NAPASKU”.
Dengan demikian, semangat pantang menyerah di tengah masa pandemic covid 19 ini, yang ditunjukkan oleh para guru, peserta didik dan orang tua peserta didik SMPK Frateran Ndao Ende, dapat melahirkan prestasi tersendiri, yakni masih bisa melakukan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) tatap muka virtual, ditengah keterbatasan dan keterpurukan akibat covid 19.
Dan sebagai kepala satuan pendidikkan, saya tetap melakukan supervisi pembelajaran, melalui WA group, yakni pertama: melakukan komunikasi yang berkaitan dengan pembelajaran kepada ibu/bapak guru. Kedua: setiap ibu/bpk guru mengirimkan bukti fisik KBM virtual kepada kepala satuan pendidikkan. Ketiga: setiap ibu/bapak guru wajib membuat laporan tertulis kepada kepala satuan pendidikkan dan ke dinas pendidikkan kabupaten Ende.
Tujuan sepervisi di masa pandemi covid 19 ini, hanya untuk memastikan bahwa semua kegiatan pembelajaran tetap berjalan dengan baik, walau dalam suasana serba “terbatas”. Dan untuk mendukung kegiatan supervisi ini, juga dilakukan evaluasi setelah selesai melalukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) melalui aplikasi Zoom.
Dan kalau di kaitkan dengan konsep MERDEKA BELAJAR, yang di gagas oleh Mendikbud, dalam situasi pandemic covid 19 seperti saat ini, sepertinya sangat relevan. Mengapa? Karena roh pertama program MERDEKA BELAJAR adalah inovasi dan kreativitas. Dengan semangat ini, para pendidik, khususnya pada satuan pendidikkan SMPK Frateran Ndao, dituntut untuk mengeksplorasi dan menerapkan berbagai macam teori, pendekatan dan prinsip design pembelajaran secara efektif, apalagi dengan durasi waktu yang singkat. Maka, materi yang disampaikan adalah materi yang esensial.
Selain itu, para pendidik juga perlu mengoptimalkan gawai yang telah dimiliki oleh peserta didik, untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif. Roh kedua MERDEKA BELAJAR adalah budaya belajar, baik bagi para pendidik maupun bagi peserta didik. Dengan budaya belajar, maka baik pendidik maupun peserta didik terus meng-upgrade dan atau update diri, kapanpun dan di manapun, melalui dunia digital atau elektronik, yakni smartphone atau gawai. Kedua roh MERDEKA BELAJAR di atas, pada dasarnya mengingatkan para pendidik pada semangat pengabdiannya, yakni semangat berinovasi dan berkreatif serta belajar secara berkelanjutan untuk mempersiapkan peserta didiknya menghadapi masa depannya.
Semangat berinovasi dan berkreatif serta budaya belajar inilah yang harus ditumbuh kembangkan dalan diri peserta didik, sekaligus yang harus dipegang oleh setiap pendidik dalam mendesign dan memfasilitasi pembelajaran bagi peserta didik, tidak terkecuali untuk PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).
Dengan demikian, ada hal positif, hikmah dibalik covid 19 ini, yakni memacu dan memicu para pendidik dan peserta didik untuk melek alias tidak gaptek terhadap tekhnologi. Sebab, dalam industry 4.0 basisnya adalah data technologi atau dengan kata lain, informasi yang bisa diakses oleh semua orang melalui smartphone atau gawai. Jadi, dengan tatap muka virtual melalui aplikasi Zoom, sesungguhnya satuan pendidikkan SMPK Frateran Ndao, telah sedikit mengimplementasikan MERDEKA BELAJAR dan PENDIDIKKAN 4.0.
MENGAPA SAYA BILANG SEDIKIT? Karena ada 3 syarat infrastruktur dasar yang harus disiapkan oleh sekolah untuk bisa menyelenggarakan kurikulum pendidikkan 4.0, yakni pertama: jaringan internet stabil dan berkecepatan tinggi; kedua: instrument pembelajaran berbasis digital; dan ketiga: guru atau mentor professional, berkompeten dan berkualitas. Jika salah satu dari 3 indikator dasar tidak terpenuhi, maka sekolah dipastikan gagal dalam menyelenggarakan kurikulum sesuai standar PENDIDIKKAN 4.0 dan MERDEKA BELAJAR, seperti yang diharapkan. Namun, harus disadari bahwa pembangunan infrastruktur pendidikkan yang berbasis teknologi adalah investasi yang tidak murah, Oleh karena itu, perlu ada kolaborasi, dan sinergitas antara 3 komponen yang merupakan tri pusat pendidikkan, yakni sekolah (yayasan), masyarakat (orang tua), pemerintah untuk menyiapkan infrastruktur tersebut. Sebab, tanpa kerjasama yang baik, tidak mungkin PENDIDIKKAN 4.0 dan MERDEKA BELAJAR dapat terwujud.
Akhirnya, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara virtual, yang dilaksanakan pada satuan pendidikkan SMPK Frateran Ndao, dimasa pandemic covid 19 ini, merupakan starting poin, langkah awal menuju PENDIDIKKAN 4.0 dan MERDEKA BELAJAR.