Ende_lensatimur.net– Ternak Babi Bantuan Kementan RI Bagi Kelompok Masyarakat di Ende berakhir mengecewakan. Hal ini dipicu oleh hasil tiga sampel babi bantuan Kementrian Pertanian RI Melalui Satker Balai Pembibitan Ternak Unggul Dan Hijauan Pakan Ternak Denpasar yang dinyatakan positif Virus African Swine Fever (ASF).
Babi bantuan yang seyogyanya mampu membantu kelompok masyarakat untuk penguatan ekonomi, justru berbuah malapetaka, karena babi bantuan tersebut semuanya mati dan terindikasi terkena virus ASF.
Dalam keterangan persnya, Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Ende, drh. Said Karim Johar, M.Sc di Aula Garuda lantai 2 kantor Bupati Ende, Senin 30 Januari 2023, menjelaskan bahwa informasi ini terkuak setelah masyarakat penerima bantuan melaporkan kondisi babi bantuan yang mati secara mendadak dan beruntun.
“Pada tanggal 18 Januari 2023, kami dari Dinas melakukan pengambilan sampel untuk diperiksa di UPT Veteriner Kupang. Ada tiga sempel yang kami ambil, lalu hari Jumatnya kami kirim, dan hasilnya tiga sampel tersebut, semuanya positif ASF.
Dia menambahkan bahwa babi bantuan itu berjumlah 50 ekor. Babi yang didatangkan oleh rekanan telah melalui tahapan ijin masuk, ijin keluar, surat kesehatan hewan, hasil pemeriksaan LAB dan sudah melalui karantina pelabuhan, baik itu penyeberangan maupun kedatangan dan dinyatakan legal sehingga babi-babi tersebut diijinkan masuk ke Kabupaten Ende.
“Dari 50 ekor babi yang didatangkan, 4 ekor babi mati sebelum dibagikan ke masyarakat, 6 ekor tidak lolos seleksi karena tidak sesuai dengan spek yang ditentukan dan 40 ekor di bagikan ke kelompok penerima yakni Pemuda Kepi – Kelurahan Onekore mendapat 25 ekor dan Pemuda Kali Mati Bersatu – Kelurahan Kelimutu mendapat 15 ekor”, ujarnya.
drh. Said Karim Johar menuturkan bahwa sesuai arahan Bupati Ende, Drs. H. Djafar H. Achmad, MM, kami diminta untuk mengirimkan surat komplain ke Kementrian Pertanian RI, serta mengeluarkan instruksi yang berasal dari Bupati Ende tentang penutupan wilayah Kabupaten Ende dari lalulintas ternak babi maupun hasil ikutannya.
“Jadi ternak babi maupun produk hasil olahan dari babi seperti sosis, dendeng dan sebaginya tidak boleh masuk atau keluar Kabupaten Ende sampai penyebaran ASF di daerah kita maupun kabupaten tetangga dinyatakan aman terkendali”, paparnya.
Menanggapi pertanyaan wartawan terkait apakah sudah ada babi lokal peliharaan masyarakat yang mati dirinya menyampaikan bahwa hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan laporan terkait hal itu, namun saat melakukan pemantauan di lapangan ditemukan ada satu dua ekor babi sekitarnya yang sakit.
Dirinya mengimbau agar masyarakat peternak babi tidak boleh memberikan air cucian daging babi kepada babi – babi peliharaan, karena bisa saja daging babi yang dibagi-bagikan itu akan menjadi media penularan virus ASF.
“Hal yang paling penting adalah rutin menyemprotkan kandang menggunakan disinfektan, dan kepada peternak diminta agar menerapkan bio security untuk kandangnya masing-masing.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Ende juga akan memerintahkan semua petugas lapangan yang ada di setiap Puskesmas untuk melakukan pengecekan terhadap semua ternak babi yang ada di masyarakat guna memastikan apakah babi milik masyarakat tersebut terserang ASF atau tidak.
“Babi yang mati tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat melainkan dipendam dan dibakar agar dapat menghentikan penyebaran virus ke babi lainnya karena virus ASF dapat menyebar melalui hewan, orang maupun barang”, imbuhnya.***
Penulis : Efrid Bata
Editor : Elthon Rete