Ruteng_lensatimur.net – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Manggarai sejak Rabu (27/01/2021) sore hingga Kamis (28/01/2021) pagi menyebabkan rumah milik Petrus Wagut (70 thn), warga Dusun Laru, Desa Manong, Kecamatan Rahong Utara nyaris roboh, karena TPT – nya longsor dan ambruk.
Kepada media ini, di kediamannya, Rabu, 26/05/2021; Petrus menjelaskan bahwa intensitas curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan rumah saya nyaris longsor karena tembok penahan tanahnya roboh dan ambruk.
“Tembok penahan tanah yang menopang keberadaan rumah saya ambruk, dan sudah kikis sampai di fundasi rumah. Bika hujannya tidak redah, maka rumah saya bisa terancam longsor dan roboh”, ujarnya.
Sejak bencana pada bulan Januari lalu, salah satu tiang rumah Petrus masih menggantung di atas tebing bekas longsoran. Hingga kini, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)Kabupaten Manggarai belum juga memberikan perhatian serta bantuan bagi Bapa Petrus ini.
Putra Bapak Petrus, Stefanus Jemali meminta kepada Pemerintah dan DPRD Kabupaten Manggarai agar bisa lebih peka dengan kondisi rumah warga yang nyaris roboh, karena kondisinya sangat mengancam keselamatan baik jiwa orang yang menghuni rumah juga bagunan rumah tersebut.
“Saya berharap pihak Pemerintah dalam hal ini BPBD Manggarai, agar bekerja secara profesional dan melihat secara riil kondisi bencana longsor yang menimpa orangtua saya,” ujar Stefanus Jemali
Kepala BPBD Manggarai Libert Habut, memang sudah berjanji bakal menurunkan bantuan berupa semen untuk perbaikan rumah tersebut. Sementara material lokal seperti batu, pasir dan lainnya menurut dia, tidak diturunkan.
“Sedang dalam proses untuk pendropingan berupa material non lokal yaitu berupa bantuan semen, terkait jumlahnya akan cek lagi,” kata Libert saat dikonfirmasi, Rabu malam.
Ia mengklaim bantuan yang hanya berupa semen tersebut sesuai dengan hasil kajian tim teknis BPBD Manggarai.
Pertanggungjawaban Libert tersebut membuat Stefanus Jemali geram. Ia pun menolak bantuan yang akan disalurkan hanya berupa semen saja.
Stefanus beralasan bencana longsor di rumah milik orangtuanya itu berada di pinggir ruas jalan Pau-Muwur, di mana tebingnya ambruk. Jalan tersebut milik Pemerintah Kabupaten Manggarai.
“Saya menolak keras dengan tidak menerima bantuan berupa semen saja terhadap longsoran di rumah milik orangtua saya itu, karena saya menilai tebing yang longsor itu berada dipinggir jalan milik Pemerintah Kabupaten Manggarai. Tidak bisa orangtua saya yang buat TPT di ruas jalan Pau-Muwur yang menjadi ruas utama dari dan menuju Ruteng,” tegas Stefanus.
Ia menambahkan, tebing sepanjang 15-20 meter dengan ketinggian 5-7 meter di samping rumah orangtuanya itu tidak disertai dengan pembangunan tembok penahan tanah (TPT) atau beronjong oleh pemerintah, tepatnya pada masa kepemimpinan Chtristian Rotok dan Deno Kamelus di Manggarai.
“Atas dasar itu sangat tidak mungkin BPBD memberikan bantuan berupa semen saja, karena jalan itu milik Pemkab Manggarai,” tandas Stefanus.
Ia pun menilai kajian tim teknis BPBD Manggarai sebelum menurunkan bantuan sangatlah keliru. Sebab itu, Stefanus meminta agar longsor di samping rumah orangtuanya harus dibuatkan TPT atau beronjong.
“Saya juga meminta Bupati dan Wakil Bupati Manggarai, Herybertus G.L. Nabit dan Heribertus Ngabut, untuk meninjau ulang hasil kajian tim teknis BPBD Manggarai,” pinta Stefanus.
Selain itu, ia juga mendesak seluruh anggota DPRD Dapil Rahong Utara- Wae Ri’i untuk meninjau secara langsung lokasi longsor tersebut. Hal itu agar mereka punya bekal dalam mengontrol kinerja BPBD Manggarai.
“Jika BPBD Manggarai tidak sanggup membantu dengan memakai dana tanggap darurat, maka Dinas PUPR harus segera membuat perencanaan membuat TPT atau beronjong di lokasi longsoran. Sebab jika terlambat, maka nasib orang tua saya terancam,” tegas Stefanus.
Bahkan, ia mengancam jika Pemkab dan DPRD Manggarai tidak merespons keluhan tersebut, maka pihaknya akan memblokir ruas jalan Pau-Muwur dalam waktu dekat.
Sebab, ia menilai Pemkab dan DPRD punya andil besar dalam membawa bencana yang lebih serius lagi bagi orangtuanya.
Penulis : Rellys Sarong
Editor : Efrid Bata