Nagekeo_lensatimur.net – Yayasan Tananua Flores (YTNF) melalui program pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan berbasis masyarakat, melakukan kegiatan implementasi pembukaan lokasi penutupan sementara rumah gurita di desa Kotodirumali Kecamatan Keo Tengah Kabupaten Nagekeo, Selasa, 13/09/2022.
Kegiatan ini diawali dengan upacara seremoni adat yang dilakukan oleh Tetua adat atau Mosalaki yakni Bapak David di pesisir pantai Kotodirumali bersama seluruh komponen baik tokoh agama, pemerintah maupun masyarakat dengan suatu harapan bahwa hasil tangkapan gurita banyak, sehingga bisa memberikan dampak ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat Kotodirumali.
Pantauan media ini di lokasi, tampak hadir Bupati Nagekeo, dr. Johanes Don Bosco Do, Pimpinan OPD Nagekeo, Camat Keo Tengah dan jajarannya, Para Kepala Desa dari Desa dampingan YTNF, Mosalaki, Tokoh Agama, Pemuda dan juga kelompok nelayan gurita dari dua desa yakni Kodim Oktopus dan Podenura.

Untuk kawasan wilayah pesisir Podenura dan Kotodirumali penutupan lokasi tangkap gurita berlangsung dari tanggal 10 Juni 2022 – 10 September 2022, selama tiga bulan. Hal ini dimaksudkan agar populasi gurita dapat berkembang secara baik, sehingga hasil tangkapan banyak dan mampu memberikan nilai ekonomi yang tinggi bagi kelompok nelayan gurita itu sendiri.
Kata kunci dari kegiatan ini adalah konservasi wilayah pesisir, yang mencakupi pemanfaatan, perlindungan, pelestarian serta terjaminnya ekosistem yang berkesinambungan / berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan karena sumberdaya pesisir baik flora maupun fauna, dan ekosistem memiliki kegunaan dan nilai ekologis, ekonomis, dan sosial yang penting bagi manusia.
Ketua Badan Pengurus Yayasan Tananua Flores, Hironimus Pala mengatakan bahwa YTNF sejak tahun 2019 telah bekerjasama dengan Yayasan Pesisir Lestari (YPL) dan kemitraan dengan Blue Ventures merintis sebuah program pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan berbasis masyarakat. Program ini lahir karena melihat terjadinya degradasi sumber daya pesisir dan laut disebabkan oleh perilaku manusia, karena terbatasnya pengetahuan akan pentingnya ekosistem laut bagi penghidupan manusia yang terampil dalam mengelola sumber daya yang ada secara berkelanjutan.
Keterbatasan pengetahuan akan pentingnya ekosistem laut ditunjukkan dengan adanya perilaku pemboman ikan, penebangan bakau, pengambilan pasir atau batu hijau yang berlebihan, serta hancurnya kehidupan bergotong – royong dan berkelompok.
“Fokus dari program ini adalah pengelolaan pengelolaan perikanan gurita dengan penguatan kelembagaan nelayan. Tujuan program adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi, kualitas kesehatan masyarakat nelayan dan konservasi daerah pesisir”, ujarnya
Pada tahun 2021 Yayasan Tananua Flores mulai mendampingi Desa yang ada di wilayah Kabupaten Nagekeo yakni Desa Kotodirumali di Kecamatan Keo Tengah dan Desa Podenura di Kecamatan Nangaroro.
” Desa Kotodirumali dan Desa Podenura merupakan desa pertama di Kabupaten Nagekeo yang menjadi dampingan Yayasan Tananua Flores. Kedua desa ini memiliki potensi gurita yang sangat tinggi”, tuturnya.
Lanjut Nimus Pala begitu dia biasa disapa menjelaskan bahwa potensi perikanan gurita telah dimanfaatkan oleh nelayan di Desa Kotodirumali dan Podenura. Hasil pendataan Gurita dalam periode September 2021 – Juli 2022, yang terdata dari 28 orang nelayan gurita dengan jumlah tangkapan sebanyak 2935,28 Kg dengan rincian berat gurita jantan 1213,76 Kg dan betina 1621,52 Kg. Total individu gurita yang ditangkap sebanyak 2.215 ekor; dengan rincian gurita betina 1.217 ekor dan jantan sebanyak 998 ekor.
“Total pendapatan nelayan gurita di Desa Podenura dan Kotodirumali sejak September 2021 hingga Agustus 2022 apabila dikalikan dengan harga beli sebesar Rp. 50.000 /Kg, maka untuk total berat 2.935,28 Kg x Rp. 50.000 = Rp. 146.764.000. Sebuah angka yang sangat fantastis dan sungguh sangat membantu ekonomi nelayan gurita”, paparnya.
Adapun berbagai macam kegiatan yang dilakukan Yayasan Tananua Flores untuk Desa dampingan antara lain : 1). Survey desa, membuat profil desa dan nelayan gurita, sosialisasi program, dan rencana kerja yang disepakati bersama dengan nelayan di desa, sharing pembelajaran bersama nelayan ataupun mitra. 2). Membuat profil perikanan gurita. 3). Pelatihan masyarakat pendata 4). Pendataan gurita dan presentasi umpan balik data (data feedback session) perikanan gurita serta pemetaan lokasi tangkap gurita. 5). Pemetaan rantai pasik dan rantai nilai perikanan gurita 6). Pembentukan dan penguatan organisasi nelayan melalui berbagai pelatihan dan organisasi. 7). Membangun kerjasama kemitraan. 8). Buka tutup lokasi penangkapan gurita.
Sementara itu Ketua LLMA Kodim Oktopus, Dominikus Jemu menuturkan bahwa dengan adanya program yang difasilitasi oleh Yayasan Tananua Flores untuk buka tutup lokasi gurita ini sungguh sangat membantu masyarakat nelayan gurita di Desa Kotodirumali dalam meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.
“Hasilnya sangat menjanjikan setelah adanya buka tutup lokasi gurita, namun kami kelompok nelayan gurita masih terkendala perahu motor untuk tangkap. Selama ini yang kami lakukan hanya dengan menyelam”, pungkasnya.
Harapannya, semoga Bapa Bupati Nagekeo bisa membantu kami perahu motor dan alat tangkap sehingga memudahkan kami dalam meningkatkan hasil tangkapan gurita.
Bupati Nagekeo, dr. Johanes Don Bosco Do yang hadir dalam kegiatan pembukaan lokasi tangkap gurita di Kotodirumali memberikan apresiasi kepada Yayasan Tananua Flores yang sudah membantu Pemda Nagekeo dalam meningkatkan kemampuan tangkap nelayan gurita dari cara yang tradisional menuju ke cara yang modern dan ramah lingkungan yang selalu mengutamakan pelestarian lingkungan.
“Laut kita di Kabupaten Nagekeo sangat potensial dan berlimpah kekayaan alam lautnya. Untuk itu kita harus mampu menjaga ekosistem laut dengan tidak mencemari alam laut kita”, imbuhnya.
Pemda Nagekeo akan membantu masyarakat nelayan gurita Kodim Oktopus Kotodirumali untuk peralatan perahu dan alat tangkap.
“Gurita kita sangat luar biasa, baik bobot maupun kandungan protein yang ada di dalamnya. Untuk itu, marilah kita menjaga rumah gurita yakni terumbu karang agar tidak dirusaki”, pintanya.
Penulis / Editor : Efrid Bata.