Ende_lensatimur.net – Yayasan Tananua Flores (YTNF) sebagai sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang sudah berkiprah selama 32 tahun, di penghujung akhir tahun 2021 kembali mencetuskan sebuah program spektakuler yang akan berjalan selama 3 (tiga) ke depan yakni : Program Penghidupan Berkelanjutan Daerah Hulu Kabupaten Ende.
Sebuah program yang dikemas berdasarkan usulan kelompok dampingan Yayasan Tananua Flores yang tersebar di 23 Desa dan 7 Kecamatan yang ada di Kabupaten Ende yang konsern pada penguatan ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan.
Direktur Yayasan Tananua Flores, Bernadus Sambut dalam Konferensi Persnya kepada sejumlah awak media di Mbuu beach, Desa Nanganesa Kecamatan Ndona Kabupaten Ende; Rabu, 22/12/2021 mengatakan bahwa Yayasan Tananua fokus mendampingi masyarakat desa dengan isu pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat.
Yayasan Tananua Flores meyakini bahwa ketika masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan beberapa potensi lokal yang ada, maka secara tidak langsung masyarakat merasa memiliki dan menjaga alam itu dengan baik.
Visi besar Yayasan Tananua Flores adalah ‘Lingkungan Lestari Masyarakat Sejahtera’. Mengapa demikian? karena ketika alamnya terjaga dengan baik maka di sana pasti ada potensi alam yang mampu menghidupkan masyarakat itu sendiri. Untuk itu ada dua hal penting yang menjadi fokus perhatian Yayasan Tananua Flores adalah lingkungan dan masyarakat. Keduanya tidak bisa dilepas pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan dua hal fundamental tersebut, maka dikemaslah sebuah konsep penguatan kehidupan masyarakat di hulu yakni ” Uma (Kebun), Sa’o (Rumah), Rega (pasar). Kebun dapat diartikan sebagai sumber pangan yang menopang kehidupan. Rumah diartikan sebagai tempat yang memberi kenyamanan, dalam konteks ini adalah kesehatan; dan pasar adalah sebuah rantai ekonomi yang mampu memberikan penghasilan lebih secara finasial, karena produk pangan itu memiliki nilai di pasar.
“Kegiatan petani sangat bergantung pada tiga hal yakni : Uma, Sa’o dan Rega. Apabila salah satu dari tiga hal ini pincang, maka kehidupan pun menjadi pincang”, ungkap Bernadus.
Bernadus menambahkan bahwa berkaitan dengan program yang hendak dijalankan 3 (tiga) tahun ke depan tentunya membutuhkan pembiayaan yang amat besar. Untuk itu pihaknya mengakui, bahwa dalam program ini Yayasan Tananua Flores bekerja sama dengan Lembaga Donor yakni Miserior Jerman.
“Lembaga Donor Miserior Jerman, dalam bekerja sama selalu memegang prinsip responsif dalam berkomunikasi, penyampaian sistem laporan administrasi dan keuangan harus baik, benar, jujur dan transparan”, tuturnya.
Hieronimus Pala, salah satu pengurus inti Yayasan Tananua Flores mengatakan bahwa konferensi pers yang dilakukan adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial kepada Lembaga donor yakni Miserior Jerman.
“Lembaga Miserior Jerman sebagai Lembaga donor telah membangun kerja sama dengan 60 negara di dunia dan di Indonesia ada 64 Organisasi termasuk Yayasan Tananua Flores”, ucapnya.
Lanjut Hironimus Pala, Program Penghidupan Berkelanjutan Daerah Hulu Kabupaten Ende sesungguhnya mempunyai goal besar yakni : terwujudnya masyarakat petani yang mandiri, kokoh, sejahtera dan berkelanjutan
Tujuan khusus dari program ini adalah penguatan ketahanan pangan, peningkatan derajat kesehatan dan kemampanan secara ekonomi.
Hal yang menjadi fokus perhatian Yayasan Tananua Flores adalah bagaimana memberikan dampak lebih kepada masyarakat yang ada di hulu untuk tetap miliki komitmen menjaga keseimbangan antara tiga hal yakni, pangan, kesehatan dan ekonomi yang diejawantakan dalam program teknis mulai dari pertanian, kesehatan dan ekonomi.
“Yayasan Tananua Flores juga mempunyai komitmen dan capaian untuk tiga tahun yang akan datang seperti : 105 kelompok dampingan petani akan bertambah menjadi 150 kelompok dengan klasifikasinya, 25 kelompok pemula, 75 kelompok Madya dan 50 kelompok mandiri”, imbuhnya.
Selain itu mendorong petani untuk tetap menerapkan pertanian berkelanjutan dengan meningkatnya ketahanan pangan dan melestarikan lingkungan dengan cara tetap menggunakan pestisida dan pupuk organik.
“Hal yang ingin diperlihatkan di sini adalah bagaimana petani itu sendiri mampu menjadikan produk pertanian khususnya pangan lokal sebagai sesuatu yang berharga sehingga hasil – hasil pertanian tersebut bisa masuk dalam festival pangan lokal”, pungkasnya.
Hieronimus menuturkan setelah adanya hasil produk pangan lokal, maka hal terpenting selanjutnya adalah bagaimana menentukan pasar. Di era digital seperti sekarang ini, pemasaran produk sudah menggunakan platform aplikasi digital.
“Untuk itu guna menjawabi tantangan zaman, maka kami sedang menjajaki aplikasi digital dengan mempersiapkan sumber daya manusia dan menentukan aplikasi yang cocok bagi petani dampingan Yayasan Tananua Flores dalam memasarkan produk”, paparnya.
Sementara itu, Manajer Keuangan Yayasan Tananua Flores, Halimah menjelaskan bahwa untuk mendukung Program Penghidupan Berkelanjutan Daerah Hulu Kabupaten Ende yang berlangsung selama 36 bulan periode 1 November 2021 – 31 Oktober 2024, serta untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka biaya yang direncanakan dan disetujui oleh Lembaga donor Miserior Jerman sebesar : 330.000 Euro.
“Adapun rinciannya sebagai berikut : 100.000 Euro hibah dari Miserior, 215.000 Euro melalui KZE (Pemerintah Jerman) dan 15.000 Euro kontribusi dari Yayasan Flores”, tandasnya.
Halimah menegaskan bahwa walaupun diperoleh dari tiga sumber yang berbeda tetapi dikelola dalam satu rekening giro yang disepakati bersama antara Yayasan Tananua Flores dan Miserior Jerman.
Sesuai yang termuat dalam kontrak kerjasama, anggaran sebesar 330.000 Euro itu digunakan untuk membiayai bebarapa hal antara lain :
6800 Euro untuk fasilitas pendukung berupa motor dan laptop. 190.700 Euro untuk biaya staf berupa salery, dan juga untuk pendidikan dan pelatihan. 96.000 Euro untuk kegiatan proyek. 7500 Euro untuk evaluasi dampak dan 11.000 Euro untuk dana cadangan.
“Dana cadangan ini digunakan dalam situasi darurat atas persetujuan Miserior. Dana tersebut harus digunakan secara ekonomis, efisen dan eksklusif”, tandasnya.
Penulis : Efrid Bata
Editor : Elthon Rete